Usiaku sudah hampir seminggu. Aku sudah sangat lihai terbang. Kujalani angkasa dari ruang ke ruang dengan kepakan sayapku yang cepat.
Aku tahu daerah mana yang berbahaya bagiku. Seperti daerah berbau menusuk yang telah membunuh banyak temanku. Mereka seperti keracunan setelah menghisapnya. Aku amatlah lihai. Aku selalu terbang di atas bau, sehingga aku selalu selamat.
Kali ini aku berhadapan dengan musuh baru. Monster raksasa berwarna yang bergerak dengan sangat cepat. Sentuhannya mengejutkan. Semua yang terkena, akan langsung semaput mati di tempat. Lebih kejam lagi, tidak cukup satu kali terkena. Aku melihat temanku dihajar terus berkali-kali oleh makhluk itu. Aku bergidik setiap kali ingat bau gosong mayat temanku setelah dihajar habis-habisan.
Aku memang lihai, namun aku takabur. Kali ini aku kalah lincah dibanding monster raksasa itu. Aku tersambar olehnya sekali. Seluruh isi badanku terasa hancur luar dan dalam. Aku kini hanya bisa menatap nasib, menunggu kematian.
Aku ingatkan kau, monster. Aku tidak sendiri. Satu bangsaku tak akan menyerah melawanmu. Satu mati, seratus akan siap menanti tantanganmu. Aku akan tunggu kau di akhirat, monster, bersama teman-teman sebangsaku yang telah menjadi korban di hadapanmu.
Aku ndak bisa nangkep, iki monstere sopo yo?
Lawannya koq sebangsa? KOruptor gitu?
Ceritaeka recently posted..Haru Biru di Konser ‘Cinta Beta’ 17 Tahun Glenn Fredly
Kirain burung… setelah melihat tagnya ternyata nyamuk ==a…
Ali Jaya Meilio recently posted..Reason In Life
Wah, seru juga ya kalau nulis kayak gini. *manggut-manggut*
Brama Danuwinata recently posted..Desain Baru, Semangat Baru