Saya beruntung menjadi salah satu yang telah mencoba smartphone Vivo V7+ sebulan sebelum diluncurkan resmi secara live 28 September 2017 kemarin di 9 televisi nasional dan 9 digital media platform. Sejak sebelum rilis, saya tes gunakan smartphone ini untuk kebutuhan sehari-hari hingga mencoba motret dan rekam video dengannya.
Fisik Smartphone
Salah satu keunggulan utama Vivo V7+ adalah bahwa smartphone ini memiliki FullViewTM Display 18:9. Dengan layar 5,99 inci, V7+ menampilkan visual lebih lebar 12,5% dibandingkan layar tradisional 16:9. Untuk penyuka smartphone berukuran besar, tentu ini menyenangkan. Tampilan layar yang lebih lebar dan luas dengan layar minim bingkai ini pastinya akan lebih maksimal jika ukuran resolusi layar yang digunakan lebih dari 720×1440. Namun, ini tidak akan mengurangi kenyamanan pengguna untuk menikmati visual sinematik yang diberikan Vivo karena kerapatan pixel yang dimiliki pun sudah sesuai dengan standard.
Foto dan Video
Keunggulan Vivo V7+ lainnya adalah kamera depan yang beresolusi 24MP, sementara kamera belakangnya beresolusi 16MP. Resolusi memang hanya salah satu faktor ketajaman gambar. Yang nggak kalah penting tentu sensor. Saat saya tes untuk pemotretan siang hari, hasilnya sangat bagus. Di mata terlihat tajam, meski hanya menggunakan kamera belakang. Ukuran foto yang dihasilkan oleh kamera belakang 2304×4608 (1:2). Kalau tertarik memotret manual, ada pilihan setting professional di mana saya bisa mengatur manual ISO, speed, dan white balance.
Khusus kamera depan, terdapat fitur Portrait Bokeh dan Face Beauty. Saya bukan penyuka selfie sih, jadi saya serahkan urusan selfie ini ke teman-teman model yang saya foto. Saya minta mereka sendiri untuk selfie, mencoba fitur bokeh dan efek face beauty-nya. Umumnya mereka kagum dengan kualitas selfie-nya. Apalagi setelah tahu, background foto bisa mereka blur, sehingga wajah mereka terlihat lebih menonjol. Untuk fitur Face Beauty, mereka akui itu bisa membuat wajah terlihat lebih putih dan halus. Meski jangan berlebihan saat memnggeser opsi , karena malah membuat wajah menjadi tidak natural. Ukuran foto yang dihasilkan oleh kamera depan 2816×5632 (1:2).
Beberapa hari lalu sempet nyobain fitur selfie kamera depannya yg 24 MP. Tenang, bukan gw yg selfie kok 😁. Ini foto kondisi terang. pic.twitter.com/JLJ5nujSLV
— Pitra Satvika (@pitra) September 20, 2017
Kalau ini masih pake kamera 24MP nya, di dalam ruangan tapi kena cahaya matahari dari jendela. pic.twitter.com/lmSThGB6Ud
— Pitra Satvika (@pitra) September 20, 2017
Untuk pencahayaan low light, Vivo V7+ memiliki fitur Selfie Softlight. Fitur ini akan membantu penerangan wajah di tempat dengan penerangan terbatas. Kualitas fotonya juga masih ok untuk kebutuhan sharing di social media. Di ISO 1250 noise foto masih terlihat wajar. Contohnya bisa dilihat di foto berikut.
Trus kalo foto remang2 gimana? Di #VivoV7Plus ada fill in light otomatis nyala buat nerangin wajah. Ini contoh foto n meta datanya. pic.twitter.com/7XprQJpv0n
— Pitra Satvika (@pitra) September 20, 2017
Saya dari dulu ingin coba membuat video vertikal (portrait) langsung dari smartphone. Sekaligus saja saya tes bikin video hampir 1 menit murni direkam menggunakan kamera belakang Vivo V7+. Video bisa direkam dengan ukuran 1080P, 720P, atau 480P. Sayangnya untuk video, tidak ada setting custom seperti di foto, sehingga semua proses rekam harus dilakukan otomatis. Nggak enaknya, kalau kita mengarahkan kamera dengan matahari sebagai backlight, video tidak secara otomatis mengatur fokus objek.
Sekuriti Smartphone
Fitur Smart Split 3.0 bawaan Android Nougat juga sudah bisa dipakai di sini. Saya bisa mengecek Facebook dan YouTube pada saat bersamaan. Beberapa fitur motion sudah diterapkan pula di Vivo V7+. Yang saya suka sih Raise to Wake-nya. Saat kondisi smartphone standby ditaruh di permukaan meja, lalu saya angkat smartphone-nya, seketika itu juga langsung menyala.
Untuk sekuriti, ada 3 macam proteksi login. Yang standar adalah dengan menggambar pattern. Yang kedua adalah dengan sensor fingerprint di punggung Vivo V7+. Pilihan ketiga, yang paling canggih adalah dengan Face Access (alias pemindai wajah). Ketiganya bisa aktif barengan kok, jadi tidak harus dipilih salah satu.
Face Access bekerja dengan cara mendeteksi beberapa titik di wajah sebagai pengenal untuk mengakses smarphone. Sehingga ketika sebagian wajah saya tertutup atau kondisi cahayanya kurang memadai, Face Access tidak dapat mengenali wajah dengan baik dan tidak membuka smartphone secara otomatis. Namun, jika wajah terdeteksi dalam kondisi baik, umumnya Face Acess bisa membuka smartphone ini dalam waktu kurang dari 1 detik saja. Sedangkan, untuk fingerprint-nya dapat selalu bekerja dengan lancar ketika digunakan.
Penggunaan Rutin Sehari-hari
Satu hal yang bagus banget di Vivo V7+ tapi malah nggak diangkat di jualan pemasarannya adalah daya tahan baterenya. Smartphone ini menggunakan processor Snapdragon 450 yang ternyata memiliki performa batere yang sangat bagus. Saya pernah coba aktif seharian menggunakannya untuk beragam aktivitas social media dan produktivitas tanpa wifi. Setelah 13 jam, sisa batere masih 20%. Kalau dengan smartphone sebelumnya, saya sudah was-was kalau indikasi batere 20%. Dengan Vivo V7+ hal ini tidak kejadian. Saya bisa berangkat hingga pulang kerja tanpa perlu melakukan charging sama sekali.
Smartphone Vivo V7+ dirilis dengan harga Rp 4.699.000, dengan versi warna hitam dan emas. Bagi saya, harga ini sudah termasuk premium. Untuk mereka yang mencari smartphone dengan kualitas kamera depan bagus dan daya tahan batere yang lama, tentu smartphone ini bisa menjadi salah satu alternatif yang direkomendasikan. Tentunya semua kembali pada pengguna, pilihlah yang sesuai dengan kebutuhan dan budget yang dimiliki.
Cek juga beberapa postingan saya di Instagram terkait dengan Vivo V7+.
Kalau berikut ini, adalah foto-foto yang diambil saat event peluncuran Vivo V7+ tanggal 28 September 2017.
Cek juga tautan postingan berikut ini yang juga membahas Vivo V7+: